IDEA JATIM, MALANG – Civitas Akademika Universitas Islam Malang (Unisma) menyimak dengan seksama paparan materi tasawuf yang disampaikan Prof. Dr. KH. Ali Masykur Musa, M.Si., M.Hum dalam kegiatan Mbalah Aswaja. Kegiatan ini digelar di Masjid Ainul Yaqin Unisma, Rabu (12/11). Mbalah Aswaja kali ini mengangkat tema : Tasawuf & Aktualisasi Diri dalam Kehidupan Modern.
Materi Prof Ali Masykur Musa, diawali dengan sebuah pertanyaan. Pertama, keberadaan manusia di dunia sebagai maqasid atau washilah ilal akhirah?. Dan pertanyaan kedua, kenapa manusia yang diciptakan dalam derajat ahsanu taqwim pada kenyataan hidupnya di dunia malah terjerumus ke derajat asfala safilin?
Dari dua pertanyaan ini, Prof Ali Masykur Musa menjabarkan secara rinci hal penciptaan dan peran manusia sebagai hamba Allah. Dia menjelaskan, dunia hanya sebagai rumah singgah sementara untuk menuju kampung halaman di akhirat. Banyak yang terkecoh dengan manipulasi dunia sehingga lupa akan tujuan awal (maqasid) dan kehilangan arah menuju kehidupan yang kekal.
“Maka ketika seseorang sudah menyadari tujuan hidupnya harus segera mencari bekal berupa ilmu ruhani yang hakiki, yakni makrifatullah. Mengenal Allah dengan kesadaran hati yang terdalam,” ujarnya.
Dia menambahkan, untuk menuju makrifatullah harus dimulai dengan makrifatun nafs. Mengenal diri sendiri.
Caranya, seseorang harus berthariqah. Agar dapat menentukan arah dan cara yang tepat menuju Allah.
Karena, menurutnya, Islam dibangun dengan tiga pondasi. Yakni iman fil qalbi, ilmu fis syari dan ihsan fil adab wat tasawuf. “Kebanyakan manusia berhenti di syariat. Harusnya disempurnakan ketiganya, agar menjadi muslim yang kaffah. Karena sublimasi dari agama itu adab atau ihsan,” tuturnya.
Dia menegaskan, inti tasawuf adalah tarbiyatur ruhani, yang membimbing manusia menuju Tazkiyatun Nafs dan Tasfiyatul qalbi. Yakni membersihkan jiwa yang kotor dan membeningkan hati. Untuk mencapai itu, seseorang harus mampu melaksanakan takhalli, tahalli dan tajalli .
“Maka tujuan utama berthariqah dan bertasawwuf adalah dalam rangka menjaga diri agar tidak menyimpang dari jalan Allah dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga dapat menjaga dirinya tetap berada di derajat ahsanu taqwim,” terangnya.
Kegiatan Mbalah Aswaja berlangsung khidmat penuh makna. Dihadiri Pengurus Yayasan Unisma, Wakil Rektor 2 Unisma Dr. H. Ronny Malavia Mardani, S.E., M.M., M.O.S dan Direktur Pascasarjana Unisma, Prof. Dr. Masud Said, MM., Ph.D.
Dalam sambutannya, Ketua Pengurus Yayasan Unisma, Prof. Dr. Ir. H. Agus Sugianto, S.T., M.P mengatakan, Mbalah Aswaja merupakan kegiatan rutin yang harus terus dilaksanakan. Supaya civitas Unisma tidak sampai tercerabut dari akar ke-NU-an. “Dari kegiatan ini akan didapat mutiara ilmu tentang peran dan nilai aswaja di tengah kehidupan modern berperadaban,” katanya.
Dia menambahkan, Unisma telah menjadi perguruan tinggi yang kuat dengan pondasi ajaran Ahlussunah Wal Jamaah. Maka pondasi tersebut harus tetap dijaga dan dirawat dengan ilmu pengetahuan yang berdasarkan ajaran ulama dari kalangan aswaja an-nahdhiyah. “Sehingga keberadaan Unisma dapat menebar rahmat untuk alam semesta,” pungkasnya. (*)





