IDEA JATIM, MALANG – Dosen dan mahasiswa Program Studi Sarjana Terapan Desain Mode Fakultas Vokasi Universitas Negeri Malang (UM) kembali menunjukkan kiprah inovatifnya dalam dunia fesyen berbasis budaya. Melalui penelitian bertajuk “Penerapan Teknik Trapunto Quilting pada Kain Sasirangan dalam Desain Busana Urban Style”, tim ini berhasil menciptakan karya fesyen yang menggabungkan teknik tekstil eksperimental dengan nilai-nilai tradisional Kalimantan Selatan.
Inovasi ini berangkat dari semangat untuk mengangkat kain Sasirangan — kain khas Kalimantan Selatan yang kaya filosofi — ke dalam konteks mode kontemporer yang relevan bagi generasi muda. Sasirangan dikenal dengan corak warnanya yang ekspresif, namun produk turunannya masih cenderung konservatif. Melalui riset dan eksplorasi teknik trapunto quilting, kain Sasirangan diberi sentuhan baru berupa efek timbul yang memberikan kedalaman visual, tekstur, dan nilai artistik yang lebih tinggi.
“Pendekatan ini bukan hanya eksperimen estetik, tetapi juga upaya strategis agar kain Sasirangan dapat menembus pasar urban dan global tanpa kehilangan identitas budayanya,” jelas Dr. Nurul Hidayati, S.Pd., M.Sn., dosen pembimbing sekaligus pakar di bidang desain fesyen Nusantara
Inovasi yang Mengubah Posisi Fesyen Sasirangan
Dalam lanskap fesyen Kalimantan Selatan saat ini, pengembangan Sasirangan masih berfokus pada motif dan warna, sementara eksplorasi teknik konstruksi kain relatif terbatas. Kehadiran teknik trapunto quilting ini menawarkan dimensi baru dalam pengembangan tekstil tradisional, membuka peluang kolaborasi lintas bidang antara desainer, pengrajin, dan pelaku industri kreatif.
Dengan pendekatan urban style, hasil karya mahasiswa UM ini menunjukkan bahwa kain tradisional dapat tampil modern, adaptif, dan kompetitif. Gaya busana yang lahir dari inovasi ini menampilkan keseimbangan antara nilai warisan budaya dengan ekspresi individualitas masa kini.
Dampak dan Keberlanjutan bagi UMKM Sasirangan
Penelitian ini juga melibatkan pengrajin Sasirangan di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan, untuk memperkuat keterlibatan masyarakat lokal dalam rantai nilai produksi fesyen. Melalui pendampingan dan eksplorasi bersama, pengrajin memperoleh wawasan baru tentang pengembangan desain, diversifikasi produk, dan peluang pasar yang lebih luas.
Inovasi ini diharapkan mampu mendorong UMKM Sasirangan agar tidak hanya bergantung pada pasar souvenir, tetapi juga dapat menembus segmen mode premium dan berkelanjutan. Dengan menerapkan prinsip slow fashion dan penggunaan pewarna alami, proyek ini mendukung konsep produksi bertanggung jawab sekaligus memperkuat posisi ekonomi kreatif daerah.
Relevansi dengan SDGs
Kegiatan ini secara nyata berkontribusi pada beberapa poin Sustainable Development Goals (SDGs):
SDG 8 (Decent Work and Economic Growth): memperluas peluang kerja kreatif bagi pengrajin Sasirangan.
SDG 9 (Industry, Innovation, and Infrastructure): memperkuat ekosistem inovasi berbasis budaya dan teknologi tekstil.
SDG 11 (Sustainable Cities and Communities): melestarikan identitas lokal melalui transformasi budaya menjadi gaya hidup modern.
SDG 12 (Responsible Consumption and Production): mempromosikan mode berkelanjutan dengan prinsip daur hidup produk yang lebih panjang.
Karya Lokal di Panggung Internasional
Karya hasil penelitian ini tidak hanya mendapat apresiasi di tingkat nasional, tetapi juga telah dipublikasikan dan ditampilkan dalam ajang internasional “Asian Student Fashion Week (ASFW)”, Fakultas Vokasi Universitas Negeri Malang. Melalui ASFW, karya mahasiswa UM tampil sejajar dengan peserta dari berbagai negara Asia, membuktikan bahwa inovasi berbasis budaya lokal mampu bersaing di panggung global.
Prospek Inovasi untuk Masa Depan Fesyen
Ke depan, inovasi teknik trapunto quilting pada kain Sasirangan ini memiliki potensi besar untuk menjadi arah baru dalam pengembangan fesyen berbasis warisan budaya Indonesia. Teknik ini dapat diaplikasikan pada berbagai jenis kain tradisional lain di Nusantara, menciptakan ragam produk mode yang berdaya saing tinggi.
Dengan dukungan riset terapan dan kolaborasi lintas sektor, inovasi seperti ini akan memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat desain fesyen berkelanjutan berbasis budaya, di mana tradisi menjadi sumber inspirasi, bukan batasan.
“Fesyen masa depan adalah tentang keberlanjutan, identitas, dan inovasi. Melalui proyek ini, mahasiswa belajar bahwa desain tidak hanya tentang estetika, tetapi juga tanggung jawab sosial dan budaya,” pungkas Dr. Nurul Hidayati, S.Pd., M.Sn. (*)




