Sabtu, 6 Desember, 2025

Mengagumkan, MIN 1 Kota Malang Borong Tiga Medali Emas OMI 2025

IDEA JATIM, MALANG – Siswa-siswi MIN 1 Kota Malang menunjukkan kualitasnya. Mereka membuktikan diri sebagai siswa dari madrasah ibtidaiyah unggul, terbaik di Indonesia. Di ajang Olimpiade Madrasah Indonesia (OMI) 2025 tingkat nasional, madrasah di Jalan Bandung ini memborong medali emas.

Grand Final OMI 2025 digelar di Grand El Hajj Kota Tangerang Banten, pada 10–14 November 2025 lalu. Tiga siswa MIN 1 Kota Malang berhasil memborong medali emas di dua cabang kompetisi bergengsi, Matematika Terintegrasi dan IPA Terintegrasi.

Mereka adalah Riza Akbari Prabowo bidang Matematika Terintegrasi, Muhammad Bintang Al Baihaqi bidang Matematika Terintegrasi dan Rafarzano Widiaya Diamanta bidang IPA Terintegrasi. Ketiganya tampil luar biasa melalui serangkaian babak seleksi ketat dan berhasil menempati posisi puncak pada Grand Final OMI 2025.

“Alhamdulillah setelah melalui tahapan yang cukup ketat dari tingkat kota, akhirnya anak-anak tampil sebagai peserta terbaik di grand final OMI 2025. Semuanya memperoleh emas. Prestasi yang begitu membanggakan,” ujar Kepala MIN 1 Kota Malang Hj. Siti Aisah, S.Ag., M.Pd.

Aisah sangat bersyukur dengan pencapaian ini. Dari hasil penilaiannya, prestasi OMI terus meningkat. Khususnya dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Evaluasi itu merupakan keniscayaan agar lebih baik. Termasuk membangun sinergi dengan orang tua.

“Kami terus melakukan evaluasi untuk perbaikan-perbaikan. Membenahi sisi yang kurang. Hingga semuanya terus mengalami peningkatan. Dan alhamdulillah, di OMI 2025 kami mendapatkan tiga emas,” ungkapnya penuh syukur.

OMI bukan olimpiade biasa. Tetapi ajang kompetisi ilmiah yang terintegrasi. Karakteristik soal OMI mengintegrasikan sains dan nilai-nilai keislaman. Menguji pemahaman mendalam serta kemampuan penalaran tingkat tinggi (HOTS). Soal-soal ini dirancang untuk menguji kompetensi siswa secara komprehensif.

Itulah yang menjadi tantangan berat bagi peserta. Seperti yang disampaikan oleh Rafarzano Widiaya Diamanta. Menurutnya, soal OMI sangat berbeda dari olimpiade lainnya. “Tentu OMI lebih menantang. Karena soal-soal terintegrasi. Kita harus bisa menalar dan menjelaskan integrasi sains dengan Alquran,” ujarnya.

Guru Pembina Olimpiade MIN 1 Kota Malang, Akhmad Ridwan, S.Pd., M.Pd.I menjelaskan, pembinaan siswa dilakukan dalam waktu yang tidak singkat. Proses dan tahapannya cukup panjang. Mulai dari penjaringan, pembinaan hingga benar-benar pada tahap siswa siap berkompetisi.

“Apalagi untuk menghadapi OMI ini. Kita haru benar-benar maksimal menyiapkan siswa. Karena menguji pemahaman mendalam. Soal tidak hanya mengukur hafalan atau teori matematis. Tetapi juga kemampuan penalaran, analisis, dan pemecahan masalah,” terangnya. (*)

Minggu ini

YSK Jadikan Kebangkitan PERSMA 1960

Sebagai Lokomotif Pengembangan Multi-Olahraga Sulut yang Mandiri IDEA JATIM, MANADO...
Topik

YSK Jadikan Kebangkitan PERSMA 1960

Sebagai Lokomotif Pengembangan Multi-Olahraga Sulut yang Mandiri IDEA JATIM, MANADO — Euforia kebangkitan PERSMA 1960 mencapai puncaknya di Lapangan KONI Sario pada Rabu (12/11) dengan...
spot_img
Berita Terkait