Sabtu, 6 Desember, 2025

Kiai Asep : Jati Diri Guru NU Pembentuk Peradaban

IDEA JATIM, MALANG – Ketua Pengurus Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (PERGUNU) KH. Asep Saifuddin Chalim, M.A, melantik Pengurus Cabang PERGUNU Kota Malang di Auditorium MAN 2 Kota Malang, Minggu (16/11). Kegiatan tersebut dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, antara lain Ketua PERGUNU Jawa Timur dan Ketua PCNU Kota Malang.

Turut hadir pula para rektor, wakil rektor, dan dosen dari sejumlah perguruan tinggi di Malang Raya, seperti UNIKAMA, UNISMA, UNIRA, Universitas Ma Chung, dan STAIMA Al-Hikam. Juga hadir kepala MIN 1 dan MIN 2 Kota Malang serta perwakilan dari Penerbit LitNus dan ANSOR Kota Malang tampak dalam jajaran tamu undangan, menunjukkan dukungan kuat terhadap pengembangan literasi pendidikan.

Ketua PC PERGUNU Kota Malang, Dr. H. Samsudin, M.Pd, dalam sambutan pembukanya menegaskan bahwa guru Nahdlatul Ulama memegang peran strategis di tengah dinamika sosial-keagamaan dan perkembangan teknologi yang semakin pesat.
Menurutnya, guru NU tidak hanya bertugas mengajar, tetapi juga menjaga harmoni sosial melalui nilai-nilai keislaman moderat yang selama ini menjadi ciri khas pendidikan NU.

“Guru harus menjadi jembatan antara tradisi dan modernitas. Kita menghadapi zaman yang cepat berubah, namun prinsip moderasi tetap harus dikedepankan,” ujarnya.

Sementara itu, KH Israqunnajah, M.Ag, Ketua PCNU Kota Malang, menekankan pentingnya keteladanan guru di tengah maraknya informasi digital yang kerap tidak terverifikasi. Ia menyebut bahwa moderasi beragama perlu dihidupkan melalui perilaku sehari-hari, bukan hanya teori dalam kelas. “Anak-anak kita hidup di era banjir informasi. Guru adalah filter pertama yang mampu mengarahkan mereka kepada pemahaman agama yang damai dan seimbang,” tegasnya.

Pelantikan tersebut dirangkaikan dengan Seminar Nasional bertema “Peran Guru Nahdlatul Ulama dalam Penguatan Moderasi Beragama dan Transformasi Pendidikan di Era Digital” Seminar nasional menghadirkan tiga narasumber dengan latar belakang berbeda, memberikan perspektif yang saling melengkapi.

Narasumber pertama, KH. Asep Saifuddin Chalim, M.A, memaparkan pentingnya kepemimpinan spiritual dalam menghadapi tantangan pendidikan modern. Ia menegaskan bahwa teknologi tidak dapat menggantikan peran moralitas dan akhlak dalam membentuk karakter peserta didik. “Teknologi adalah alat. Jati diri guru adalah pembentuk peradaban,” ujarnya.

Narasumber kedua, Prof. Dr. Djunaidi Mistar, menyoroti urgensi literasi digital bagi tenaga pendidik. Ia menjelaskan bahwa transformasi pendidikan tidak bisa dihindari, terutama dengan semakin luasnya penggunaan platform digital dan kecerdasan buatan.

Prof. Djunaidi mendorong guru untuk memperbarui kompetensi pedagogik, tidak hanya dalam mengajar, tetapi juga dalam menyeleksi informasi digital yang valid dan bermanfaat. “Jika guru tidak menguasai teknologi, ia akan tertinggal dari siswanya sendiri,” katanya.

Narasumber terakhir, Dr. H. A. Hidayatullah, M.Pd, menyampaikan materi tentang strategi penerapan moderasi beragama di lingkungan sekolah. Ia mengingatkan bahwa nilai-nilai toleransi, inklusivitas, dan penghargaan terhadap keberagaman harus diterapkan melalui praktik nyata yang bersentuhan langsung dengan peserta didik. “Moderasi harus diajarkan dengan kebiasaan, pembiasaan, dan pembudayaan. Bukan cukup hanya menjadi slogan,” jelasnya. (*)

Minggu ini

YSK Jadikan Kebangkitan PERSMA 1960

Sebagai Lokomotif Pengembangan Multi-Olahraga Sulut yang Mandiri IDEA JATIM, MANADO...
Topik

YSK Jadikan Kebangkitan PERSMA 1960

Sebagai Lokomotif Pengembangan Multi-Olahraga Sulut yang Mandiri IDEA JATIM, MANADO — Euforia kebangkitan PERSMA 1960 mencapai puncaknya di Lapangan KONI Sario pada Rabu (12/11) dengan...
spot_img
Berita Terkait