IDEA JATIM, MALANG – Inovasi baru lahir dari Fakultas Vokasi Universitas Negeri Malang (UM). Dosen Program Studi Desain Mode, Rizki Yulianingrum Pradani, bersama tim penelitinya, berhasil mengembangkan Augmented Reality (AR) sebagai Media Virtual Try-On Makeup. Teknologi ini memungkinkan pengguna untuk mencoba riasan wajah secara digital tanpa kontak langsung dengan produk fisik.
Anggota penelitian ini terdiri dari lima orang dosen. Rizki Yulianingrum Pradani, Sri Eko Puji Rahayu, Ajeng Atma Kusuma, Rizka Sarah Heydarina Fathima Ahsan dan Bunga Fefiana Mstikasari, yang semuanya merupakan dosen di Fakultas Vokasi UM.
Rizki Yulianingrum Pradani mengatakan, pada penelitian ini ditemukan bahwa responden menilai penggunaan AR mudah, puas dengan hasil pemilihan warna, dan AR lebih higienis dibandingkan cara konvensional. “Penggunaan teknologi AR dalam industri kecantikan menjawab kebutuhan konsumen modern yang menuntut efisiensi, personalisasi, dan keamanan. Melalui perangkat digital, pengguna dapat mencoba riasan secara real-time tanpa kontak langsung dengan produk,” ungkap Rizki.
Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa teknologi ini tidak hanya mendukung trend kecantikan masa kini, tetapi juga sejalan dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) dalam mendorong Pendidikan berkualitas dan inovasi berkelanjutan.
Dan inovasi ini tidak hanya berdampak pada sektor industri kecantikan, tetapi juga memiliki implikasi strategis terhadap pencapaian SDGs poin ke-4 tentang Quality Education.
Yakni dengan menghadirkan media pembelajaran kreatif dan inklusif bagi mahasiswa vokasi bidang Tata Rias. Melalui AR, mahasiswa dapat belajar Teknik makeup, eksplorasi warna, dan estetika secara virtual tanpa memerlukan produk fisik yang mahal atau menimbulkan limbah kosmetik. “Ini langkah nyata menuju pembelajaran yang berkelanjutan dan berbasis teknologi,” tambahnya.
Dari sisi ekonomi dan industri, pengembangan AR makeup juga mendukung SDGs poin ke-9 (Industry, Innovation, and Infrastructure). Dengan memfasilitasi adaptasi teknologi digital dalam dunia usaha, khususnya industri kosmetik lokal. Teknologi ini memberikan peluang bagi pelaku usaha lokal di sektor kosmetik untuk meningkatkan daya saing melalui strategi pemasaran digital yang berbasis pengalaman konsumen.
Dengan cara ini, merk kecantikan nasional dapat mengembangkan pendekatan pemasaran yang efisien, ramah lingkungan, dan relevan dengan perilaku konsumen digital. “Integrasi teknlogi digital seperti AR dalaam pembelajaran vokasi memperkuat green skills dan digital literacy mahasiswa, sejalan dengan arah transformasi Pendidikan tinggi yang berkelanjutan,” tuturnya.
Inovasi ini tidak dimasukkan untuk menggantikan praktik konvensional sepenuhnya, tetapi menjadi solusi pelengkap yang lebih higienis, efisien, dan berkelanjutan. Dengan integrasi AR, tidak hanya menciptakan pengalaman kecantikan digital yang menarik, tetai juga mengedepankan prinsip green skills dan digital literacy bagi generasi muda. Selaras dengan semangat SDGs menuju Pendidikan dan industri yang berkelanjutan. (*)





