Merayakan Seabad Pramoedya, Pameran di Kota Malang yang Penuh Jejak Literasi

admin-id

KOTA MALANG, IDEA JATIM — Sebuah perayaan istimewa digelar di Taman Merjosari, Malang, pada 1-2 Februari 2025. Peringatan 100 tahun kelahiran Pramoedya Ananta Toer dihidupkan kembali dalam bentuk Pameran Seabad Pram yang diselenggarakan oleh Paguyuban Literasi Kota Malang dan Sabtu Membaca.

Acara ini mengajak masyarakat untuk mengenang tidak hanya sosok Pram, tetapi juga semangat perjuangan yang terkandung dalam setiap karya sastra monumental yang ia tulis.

“Pramoedya bukan hanya seorang penulis, tetapi juga seorang pejuang yang menggunakan kata-katanya untuk menentang ketidakadilan,” kata Hariyono, perwakilan dari Sabtu Membaca, Ahad (2/2/225). 

Hariyono juga menambahkan bahwa melalui acara ini, mereka berharap dapat mengenalkan karya-karya Pram kepada generasi muda yang mungkin belum sepenuhnya mengenalnya.

“Karya-karyanya bukan sekadar bacaan, melainkan alat untuk merenung dan meresapi nilai-nilai kebebasan serta kemanusiaan,” ujarnya.

Pameran ini menyajikan lebih dari sekadar teks sastra. Pengunjung diajak untuk menggali lebih dalam tentang makna dari setiap karya Pramoedya lewat berbagai diskusi dan kegiatan interaktif. 

Tema Mengenalkan Karya & Sastra Lama Pramoedya Ananta Toer pada Generasi Muda menjadi fokus utama, mengingat pentingnya pemahaman tentang karya-karya Pram bagi generasi Z dan Millenial. 

“Kita ingin generasi muda tidak hanya mengenal Pramoedya sebagai penulis besar, tetapi juga sebagai sumber inspirasi untuk berpikir kritis terhadap dunia sekitar,” ungkap Hariyono.

Soesilo Toer, adik kandung Pramoedya, turut berbagi pandangannya. 

“Pram menulis untuk kebenaran, menentang ketidakadilan. Menghargai karya-karyanya berarti menghargai sebuah perjuangan yang terus relevan, bahkan setelah sekian lama,” ujarnya dengan penuh semangat, Ahad (2/2/2025). 

Soesilo menekankan bahwa karya Pram tidak hanya penting untuk sastra, tetapi juga bagi perubahan sosial yang diusungnya.

Pameran Seabad Pram ini juga menjadi ajang untuk memperkenalkan kembali pentingnya sastra Indonesia dalam menjaga warisan budaya bangsa.

“Menulis adalah bekerja untuk keabadian,” demikian salah satu kutipan terkenal Pramoedya yang mengingatkan kita bahwa melalui karya sastra, seorang penulis dapat menciptakan jejak yang abadi dalam sejarah. (*)

Share This Article